Senin, 25 Agustus 2008

Pengembangan Pariwisata di Semarang

Stretegi kebijaksanaan dalam pengembangan wisata sejarah di Semarang

Untuk mendukung keberhasilan program-program pemerintah terutama di bidang kepariwisataan dubutuhkan kerja sama semua pihak. Kesadaran dan peran serta semua pihak yang terkait baik itu swasta maupun pemerintah sangat dibutuhkan demi suksesnya pembangunan kepariwisataan. Hal yang demikian juga berlaku dalam pengembangan obyek wisata sejarah yang berupa peninggalan-peninggalan tempat-tempat bernilai historis yang ada di kota Semarang.
Kerja sama antara pemerintah dengan industri swasta dalam pengembangan obyek wisata tempat-tempat yang bernilai historikal di kota Semarang dapat diformulasikan dengan beberapa kebijaksanaan antara lain:
1. Peningkatan kerjasama pemerintah dengan pihak swasta
Yaitu memantapkan koordinasi dan kerjasama pelaku-pelaku parwisata ,misalnya kerjasama pemerintah dengan industry, restoran, biro perjalanan, dan toko souvenir. Kerjasama ini juga perlu dilakukan dengan lembaga-lembaga pendidikan terutama berupa pelatihan-pelatihan dan penelitian-penelitian yang mengupas mengenai bagaimana cara memanfaatkan tempat-tempat bernilai historical guna menunjang dunia pariwisata.
2. Penambahan dan pengadaan sarana dan prasarana obyek wisata
Yaitu menambah dan pengadaan terhadap sarana dan prasarana yang dapat menunjang kepuasan pelayanan bagi wisatawan, misalnya tersedianya sarana transportasi yang baik, tempat ibadah, tempat penginapan, restoran, dan kamar kecil yang bersih di kawasan wisata.
3. Peningkatan kualitas sumber daya manusia
Yaitu peningkatan kualitas keterampilan profesi bagi insan pariwisata, misalnya pemberian diklat tentang pemanfaatan obyek wisata sejarah, penentuan tentang kawasan yang dapat dikembangkan sebagai obyek wisata sejarah yang masih ada hingga kini, dan juga diklat yang berhubungan dengan pelestarian tempat-tempat bersejarah sesuai dengan Undang-Undang cagar budaya.
4. Distination Information Sistem dikembangkan
Yaitu mengaktifkan kegiatan-kegiatan pemasaran obyek wisata baru berupa tempat-tempat bersejarah, sekaligus memberikan informasi yang jelas dan mudah terhadap obyek tersebut. Misalnya, pembuatan brosur-brosur obyek wisata sejarah yang di tempatkan di tempat-tempat yang strategis seperti, bandara, terminal, stasiun kereta api dan di tempat-tempat keramaian seperti pasar. Dalam brosur ini harus menjelaskan dan dapat memberikan informasi-informasi mengenai lokasi dari tempat-tempat dari bersejarah tersebut, keunikannya, dan transportasi menuju ke kawasan tersebut.
5. Peningkatan penyuluhan sadar wisata berdasarkan Sapta Pesona
Yatu peningkatan terhadap pemberian penyuluhan sadar wisata kepada masyarakat luas, khususnya masyarakat yang berada di daerah atau kawasan obyek wisata, dengan materi penyuluhan berwawasan Sapta Pesona (aman, tertib, bersih, sejuk, indah, ramah, dan kenangan).
Faktor-faktor pendukung dan penghambat dalam pengembangan obyek wisata bernilai historikal di kota Semarang.
1. Faktor Pendukung
1.1. Julukan Semarang sebagai Kota ATLAS
Pengembangan obyek wisata berupa tempat-tempat bersejarah banyak didukung oleh julukan kota Semarang sebagai kota ATLAS.
Julukan ini dikenang luas oleh masyarakat Indonesia sehingga tidak sedikit dari mereka berniat untuk berwisata dikota ini untuk melihat peninggalan-peninggalan bersifat historis. Para wisatawan, terutama wisatawan domestik, bila berkunjung ke kota ini tidak akan melupakan diri dari mengunjungi tempat-tempat bersejarah seperti Klenteng Sam Poo Kong yang merupakan Klenteng terbesar di Indonesia.
1.2. Sarana dan Prasarana yang memadai
Sarana dan prasarana yang dibutuhkan wisatawan seperti transportasi, penginapan, restoran di kota Semarang. Sarana transportasi dari dan ke Surabaya tidak ada masalah. Transportasi dari luar daerah banyak didukung oleh keberadaan Bandara Ahmad Yani, Terminal Terboyo, dan Pelabuhan Tanjung Emas, Stasiun Tawang. Transportasi didalam kota juga tersedia setiap saat ke berbagai penjuru kota. Penginapan di kota ini tidak ada masalah. Di kota ini tersedia mulai dari hotel berbintang hingga penginapan yang murah. Restoran juga tidak ada masalah karena wisatawan dapat memilih sesuai dengan kantong dan seleranya.
2. Faktor-faktor Penghambat
Masih langkahnya pemandu wisata yang menguasai obyek wisata religi Sam Poo Kong. Karena pemandu wisata kurang mengetahui bagaimana cara menjelaskan seluk-beluk sekitar sejarahnya. Selain harus mengetahui sejarah dari bangunan tersebut juga harus menguasai seni arsitektur atau gaya bangunan tersebut, sebab wisata religi Sam Poo Kong mayoritas etnis Cina.

KESIMPULAN DAN SARAN
· Kota Semarang banyak memiliki nilai historis peninggalan kolonial Belanda. Bangunan-bangunan kuno ini antara lain, Lawang Sewu, Kota Lama, dll.
· Untuk mengembangkan bangunan-bangunan bernilai historis di kota Semarang diperlukan kerjasama dari berbagai pihak, baik pemerintah maupun swasta.
· Dalam pengembangan obyek wisata bangunan kuno di Semarang selain terdapat faktor-faktor yang mendukung juga ada faktor-faktor penghambatnya.
Faktor-faktor pendukungnya antara lain: julukan kota Seamarang sebagai kota atlas, syair lagu yang mengisahkan beberapa tempat bersejarah, sarana dan prasarana yang memadai dan kebanggaan pemilik bangunan kuno. Faktor-faktor penghambatnya antara lain: citra kota dengan kriminalitas yang tinggi, masih banyak bangunan kuno yang ditelantarkan, merupakan obyek wisata baru yang belum banyak dikenal oleh masyarakat, belum tersedianya WC umum dan masih langkanya pemandu wisata menguasai obyek bangunan kuno.
Ada beberapa saran yang bertujuan untuk membantu pemerintah dalam mengembangkan dnia kepariwisataan yaitu sebagai berikut:
1. Unuk mengembangkan kota Semarang sebagai daerah tujuan wisata Pemda harus melakukan kerjasama dengan perguruan tinggi yang ada hubungan, guna menemukan obyek-obyek wisata baru yang selama ini belum banyak dimanfaatkan.
2. Pemda harus berani mengalokasikan dananya untuk menyediakan fasilitas-fasilitas wisata yang belum ada, seperti penyediaan WC umum di berbagai kawasan kota.
3. Pemda harus mendorong kepada pengelola tempat-tempat historikal untuk melestarikannya, memberikan penghargaan kepada pengelola dan memberi keringanan pajak kepada pemilik bangunan kuno. Dengan cara ini di harapkan pengelola tempat-tempat historikal akan terangsang dalam melestarikannya.
4. Agar wisatawan tertarik berkunjung ke kota Semarang maka citra kota dengan kriminalitas tinggi harus segera di ubah menjadi kota yang aman.
5. Tempat-tempat historikal tidak terpelihara harus segera diperbaiki dan dirawat sehingga tampak indah dan menarik bagi wisatawan.
6. Promosi untuk menambah obyek wisata bangunan kuno harus dilakukan secara lebih intensif.

Tidak ada komentar: