Senin, 29 September 2008

RITUAL ASYURA MUSLIM SYI'AH INDIA DI SURABAYA

Pengertian Syi’ah

Syi’ah ialah salah satu aliran atau mazhab dalam Islam. Muslim Syi'ah mengikuti Islam sesuai yang diajarkan oleh Nabi Muhammad dan pengikutnya. Syi'ah menolak kepemimpinan dari tiga Khalifah Sunni pertama seperti juga Sunni menolak Imam dari Imam Syi'ah. Muslim Syi'ah percaya bahwa Keluarga Muhammad (para Imam Syi'ah) adalah sumber pengetahuan terbaik tentang Qur'an, dan pembawa serta penjaga terpercaya dari tradisi Sunnah Nabi Muhammad. Secara khusus, Muslim Syi'ah mengakui Ali bin Abi Thalib (sepupu Muhammad, menantu, dan kepala keluarga pengikutnya) sebagai penerus kekhalifahan setelah Nabi Muhammad, yang berbeda dengan Khalifah yang diakui oleh Muslim Sunni. Muslim Syi'ah percaya bahwa Ali dipilih melalui perintah langsung dari Nabi Muhammad, dimana perintah Muhammad berarti wahyu dari Allah.

Perbedaan antara aliran Sunni dan Syi’ah
Perbedaan antara pengikut Sunni dan Syia’h menjadikan perbedaan pandangan yang tajam antara Syi'ah dan Sunni dalam penafsiran Al Qur'an, Hadits, mengenai Sahabat, dan hal-hal lainnya. Sebagai contoh perawi Hadits dari Muslim Syi'ah berpusat pada perawi dari Ahlul Bait, sementara yang lainnya seperti Abu Hurairah tidak dipergunakan. Akidah Syi’ah & Prinsip Dalam Syari’at Sebagaimana Sunni, Syi’ah juga memiliki prinsip dasar dalam teologinya. Dalam hal ini, Syi’ah mempunyai lima dasar, yakni Tauhid (sifat peng-Esaan Allah), Keadilan (Allah Maha Adil, dan manusia bebas berbuat apa saja, yang nanti akan diminta pertanggungjawaban), An-Nubuwwah (Kenabian), Imamah (dua belas Imam), Eskatologi -Ma’ad- (Hari Kiamat). Di samping itu pula bahwa yang membedakan Syi’ah dengan yang lainnya adalah hanyalah keloyalitasan kepada keluarga Nabi.Loyalitas ini sudah ada sejak awal kenabian Muhammad. Loyalitas ini terjadi karena mereka melihat, bahwa Nabi dan keluarganya banyak menerima tindakan yang merugikan. Misalnya tragedi pembantaian keluarga Nabi di Karbala Irak tahun 61 hijriah, di mana Husain dan anak-anaknya terbunuh, bahkan sebagian besar keluarga Nabi dibantai oleh penguasa Bani Umayyah saat itu.

Ø Prosesi ritual Asyura (1-10 Muharram) Muslim Syi’ah India yang ada di Surabaya
Peringatan Asyura dimulai sejak tanggal 1 Muharram dan berlangsung selama sepuluh hari hingga puncaknya yaitu tanggal 10 Muharram. Pada tanggal 1 Muharram, ritual tersebut dimulai dengan berkumpulnya para warga keturunan India yang menganut aliran Syi’ah. Kebanyakan hampir semua yang datang berpakaian hitam yang melambangkan tanda duka cita. Dan yang hadir pun juga bervariasi, dari mulai orang tua, hingga anak-anak kecil, dimana barisan wanita dan pria dipisahkan dengan kain panjang warna hitam. Acara tersebut dimulai dari pukul empat sore dan dibuka oleh ceramah seorang Mullah (imam) yang menceritakan kronologi perjuangan satu-persatu gugurnya para keluarga suci Rasulullah SAW di Karbala. Diceritakan pula tentang kehidupan keluarga Nabi SAW. Dan biasa disebut dengan pembacaan Maqtal Husain. Setelah itu seorang Maddoh, membacakan syair-syair kesedihan tentang Imam Husain, keluarga dan sahabatnya baru kemudian diakhiri dengan doa. Biasanya ketika Maqtal Husain dibacakan para makmum atau yang mereka sebut Jemat akan meratap dan menangis, dan tak lupa bahkan ritual maktam (memukul dada sendiri) juga mereka lakukan. Beberapa simbol ritual lain dilakukan bersama ratap tangis, selain maktam, ada juga yang memukul-mukul rantai, batu dan pedang dan sebagainya. Ritual ini mereka lakukan dengan tujuan agar mereka bisa merasakan penderitaan yang dirasakan oleh Imam Hussein beserta keluarga Nabi Muhammad SAW yang pada saat itu terbunuh di padang Karbala. Setelah prosesi tersebut selesai dilanjutkan dengan Shalat maghrib dan Isya secara bersama-sama. Kemudian ditutup dengan acara makan malam bersama. Namun acara tersebut tidak berhenti sampai disitu. Ritual tersebut berlangsung selama sepuluh hari penuh. Dan ketika puncaknya, yang jatuh pada tanggal 10 Muharram. Ritual tersebut ditutup dengan puasa.
Di Iran, dimana Syi’ah sendiri menjadi aliran yang mayoritas dianut oleh penduduknya mempunyai keleluasaan yang lebih besar untuk melaksanakan peringatan Asyura. Ketimbang di Negara-negara lain, dimana penganut aliran Syi’ah menjadi minoritas. Contohnya di Indonesia, ketika komunitas ini sendiri akan berkembang dan telah menunjukkan eksistensinya. Beberapa pihak menyatakan dan menuding Syi’ah adalah aliran yang sesat, menyimpang dari akidah Islam yang sesungguhnya. Sejarah pernah mencatat, pada 21 September 1997, diselenggarakan sebuah seminar nasional di Jakarta, yang dihadiri pejabat pemerintah, ABRI, MUI, pimpinan ormas Islam, dan masyarakat umum. Melalui seminar itu, keluarlah sebuah keputusan penting menyangkut Syi’ah, antara lain; Syi’ah malakukan penyimpangan dan perusakan Akidah Ahlussunnah Wal Jamaah (paham Sunni, paham yang dianut mayoritas Islam Indonesia), menurut Syi’ah, Al-Qur’an tidak sempurna, Syi’ah terbukti pelaku kejahatan, dituduh penghianat dan teroris. Puncaknya, seminar itu juga mengusulkan agar pemerintah. Kejaksaan Agung melarang Syi’ah, termasuk penyebaran buku-buku Syi’ah di Indonesia. Hal inilah yang menyebabkan komunitas ini tidak dapat dengan leluasa menjalankan segala macam ritual mereka dengan terang-terangan. Bahkan mereka cenderung tertutup kepada siapa pun yang bukan termasuk dalam komunitas mereka.
Berbeda seperti di Iran yang merayakan peringatan Asyura secara besar-besaran. Pada malam-malam ganjil, arak-arakan para pemuda muslim Syi'ah Iran melantunkan puisi di pinggiran jalan. Puisi- puisi yang bernuansa Karbala diperuntukkan Imam Husain. Puisi dan arak-arakan itu diiringi dengan musik Asyura yang beralatkan alat musik khas Persia. Maktam dari mulai memukul dada, hingga ada yang menggunakan benda tajam dilakukan di sesi ini. Peserta arak-arakan ini semuanya laki-laki, dari anak-anak kecil sampai orang dewasa. Umbul - umbul yang bertuliskan sabda Rasulullah SAW tentang Imam Husain mereka panggul dan dibawa serta berarak di jalanan.
Prosesi masih berlanjut berhari-hari. Tidak hanya mendirikan tempat untuk berkumpul dan mendengarkan ceramah, tapi mereka juga mendirikan sebuah tenda Imam Husain, yaitu sebuah perkumpulan anak-anak (tapi juga ditemani oleh kakak dan orang tuanya) pecinta Imam Husain dan keluarganya, dimana setiap harinya mereka mendengarkan ceramah agama tentang peristiwa Karbala. Anak-anak itu berkumpul setiap malamnya, dalam tenda yang dinamakan Haaiat yang mereka dirikan,dan namanya beraneka ragam, mulai dari Haaiat Abu Fadhel Abbas, Haaiat Ali Akbar, Haaiat Bani Hasyim, dan lain-lain. Kegiatan ini berlangsung hingga 10 Muharram. Pada hari ke sembilan, banyak toko-toko tutup lebih awal, perkantoran swasta dan pemerintah serempak tutup dan pergi ke Haaiat terdekat untuk mengikuti peringatan Asyura yang dipimpin oleh Maddoh atau Mullah. Menjelang malam hari H (10 Muharram), seluruh masyarakat turun ke jalan untuk mengadakan arak-arakan. Setiap Haaiat yang memuat 40-60 orang, penuh di jalan-jalan. Tabuhan gendang, tanjidor, pukulan maktam dan iringan musik Asyura melantun bersama puisi- puisi bernuansa peristiwa tragedi Karbala. Puncak acara, di tanggal 10 Muharram, mereka menuju alun-alun kota dan mendengarkan khatib husaini, yaitu kronologi peristiwa Karbala, hingga waktu dzuhur tiba, lalu mereka shalat berjamaah, setelah itu membaca doa ziarah Husain. Selain sedikit perbedaan struktur prosesi peringatan Asyura-dikarenakan disesuaikan dengan keadaan setempat. Penggunaan bahasa yang digunakan dalam doa juga berbeda. Dikarenakan terjadinya sinkretisme dalam hal ini.Muslim Syi’ah India masih menggunakan bahasa India ketika mereka memanjatkan doa-doanya. Berbeda dengan Muslim Syi’ah Iran yang menggunakan bahasa Arab.

Tidak ada komentar: